Perjalanan hidup sepasang teman - 3




Tidak senang dengan jarinya, ia selekasnya masukkan kepunyaannya ke badanku. Ah, saya tidak mampu menampik, saya dijepit dua lelaki dengan penuh nafsu serta birahi. Mereka juga bergiliran kembali lagi, badanku di nikmati sekalian berdiri. Selanjutnya Heri berganti-gantian dengan Aris. Selanjutnya mereka berganti-gantian lagi. Entahlah kenapa, sebab tidak mampu meredam birahi, Heri yang berganti-gantian dengan Aris berupaya masuk lubang anusku. Awalannya kurasakan suatu hal yang aneh, kukira sakit. Awalannya kepunyaannya tidak bisa masuk, tapi sebab usaha yang gigih serta dengan beberapa langkah, pada akhirnya anusku bisa dimasukinya. Keluar-masuklah punya mereka bertepatan di semua lubangku. Sekejap beberapa lama suaraku cukup mendesah perlahan, serta akhirya mendesah kuat. Saya tidak bisa berdaya, saya tidak pahami harus melakukan perbuatan apa, mereka terus mendekap serta nikmati badanku. Entahlah kenapa saya merasai kesenangan serta puncaknya.
Pada akhirnya kami usai mandi. Badan ini fresh tersiram air serta lemas terpakai dengan cara bergiliran. Setelah mandi juga saya serta Rina tidak bisa kenakan pakaian, mereka terus menggerayangi badan kami tanpa rasa senang.

Kadang saya serta Rina minta pakaian kami, tapi jawab mereka, "Badan kami sebagai pakaian kalian.."

Rupanya beberapa kata mereka juga betul-betul mereka kerjakan. Mereka sebagai pakaian kami. Kadang mereka beri pujian saya serta Rina. Saya serta Rina cukup canggung, sebab baru kesempatan ini kami tidak kenakan pakaian satu helai juga di depan banyak lelaki. Mereka nampaknya berupaya agar kami semacam ini, supaya mereka bisa terus-terusan nikmati indahnya badan kami.

Pada akhirnya siang juga datang, awalannya saya serta Rina dicumbu dengan cara berpasangan. Saya tidak bisa menampiknya, saya mulai menyenangi enaknya terkait. Sesudah beberapa lama, saya mulai dicumbu 2 orang, waktu itu saya lihat punya Heri. Saya ingin tahu, sebab saya mulai menyenangi yang berupa itu. Saya ingin ketahui semacam apa enaknya, apa yang dirasa Rina serta yang akan kurasakan dengan mulut ini. Pada akhirnya badan ini mulai di nikmati punya mereka, saya lebih ingin tahu, pada akhirnya kudekap punya Heri yang belum nikmati badanku. Kepunyaannya kudekap dengan jariku serta kumasukkan ke mulutku, kurasakan memiliki bentuk di mulutku. Kulakukan sama seperti yang sempat Rina kerjakan. Kurasakan enaknya, serta entahlah kenapa saya mulai menyenanginya. Semakin lama kurasakan cukup asin, tapi justru kusuka serta meningkatkan gairahku, beberapa lama kurasakan tumpahan di mulutku.

Saya memikir, "Nampaknya saya lebih menyenanginya.." lalu kutelan, rasa-rasanya seperti menelan telor penyu, tapi ini betul-betul kunikmati. Birahiku mencapai puncak. Pada akhirnya mereka menggilirku serta Rina dengan cara berganti-gantian, hingga kami sudah semua sama-sama bersinggungan, tanpa satu juga yang masih ada.

Pada akhirnya kami usai dengan berlibur akhir minggu, serta lalu kami bergegas ke tempat asal. Di jalan juga kami tetap bersinggungan. Nampaknya birahi kami terus kuat. Sesudah insiden itu, mereka nampaknya tidak ingin terlepas dari saya serta Rina. Mereka menyaratkan rasa tanggung jawab pada kami atas apakah yang terjadi, serta mereka berupaya memperoleh kami sepenuhnya. Saya serta Rina juga terkait terus dengan mereka tanpa perasaan menyesal.


Seringkali kami berkerkenalan dengan pria yang hampir setua orang-tua kami, saya serta Rina setahap mulai dekat sama mereka. Mereka baik, lembut serta pemahaman, tetap ingin pahami perasaan kami. Disuatu hari, Om Edo ajak kami jalanan, kami suka serta bisa senang dengan senang. Esok harinya, saya dibawa Om Edo jalanan ke Lembang. Disana kami jalanan ke sejumlah tempat wisata paling dekat. Udara juga kurasakan dingin, gerimis membasahi bumi, saya tidak kuat meredam rasa dingin. Rasa-rasanya saya perlu penghangat untuk menghangati badan ini. Seringkali kupegangi telapak tangan Om Edo untuk merasai hangat. Beberapa lama Om Edo pada akhirnya pahami situasiku, ia merangkulku untuk membagi kehangatan badannya.

Sampai di satu tempat yang tenang, disana cuma ada kami dan tumbuh-tumbuhan saja. Awalannya kami duduk antara pohon-pohon. Om Edo ada di samping sekalian merangkulku. Saya menyenangi hangat badannya. Nampaknya langkah duduk kami mengganggu, pada akhirnya kupindahkan badan ini ke depan Om Edo. Saya duduk di muka badannya, serta kurasakan kehangatan di belakang badanku. Ia memelukku dari belakang. Salah satunya tangannya kuajak ke atas pahaku serta lalu kuelus-elus. Tangan Om Edo memeluk pinggangku. Perutku dielus dengan perlahan, nampaknya ia nikmati sentuhan tanganku, begitupun denganku. Nampaknya kami berdua mulai merasai suatu hal yang memanas. Tangan Om Edo tidak ingin kalah dengan tanganku, ia mengelus-elus pahaku, ah lembutnya yang kurasakan.

Step untuk step tangannya ke arah lubangku, saya menikmatinya. Nafsu kami juga bertambah, Om Edo mencium serta nikmati telingaku, ah beku badan ini rasa-rasanya. Perlahan-lahan ia mencium pipi serta leherku secara halus, lalu perlahan-lahan mengarah bibirku. Pada akhirnya kami berciuman, alangkah lembutnya Om Edo yang kurasakan.

Perlahan-lahan kulepas kecupannya, lalu kudekati telinganya, serta kubisikkan, "Yang lembut ya Om..!"

Om juga memperlihatkan kemampuaanya, ia membuai jiwa, batin serta badanku, terasanya melayang-layang diri ini. Kupasrahkan badan ini untuk Om Edo, serta kami juga saling menikmatinya.

Bibir Om Edo mengecup bibirku kembali lagi, tangan kirinya mengelus-elus celana tengahku secara halus. Perlahan-lahan telapak tangan kanannya yang memeluk perutku kuarahkan ke dadaku, kurasakan lembutnya sentuhan tangannya. Tangannya selekasnya lakukan pekerjaannya serta kunikmati sentuhan lembutnya. Perlahan-lahan kancing serta resteling jeans-ku dibuka Om edo. Tangan kirinya menyelinap ke celanaku. Ternyata lubangku telah terangsang serta basah. Tanpa ada basa-basi, Om Edo menggosok wilayah sensitifku, tanganya tidak tergesa-gesa masuk dalam vaginaku. Perlahan-lahan tangan kanannya mendapatkan hubungan bra-ku serta melepasnya perlahan-lahan. Tangan kanannya menyelinap serta mengelus pundakku, lalu perlahan-lahan ke depan, ke dadaku.

Sekejap beberapa lama selanjutnya, ia mengusung kaos serta bra-ku, hingga mahkotaku nampak jelas. Bibirnya perlahan-lahan berjalan, dari bibir, dagu, leher, bahu serta akhirya putingku masuk ke mulutnya yang lembut. Dada, perut serta daguku reflek terangkat. Perlahan-lahan tanpa ada kusadari tanganku melepas kaos serta bra-ku, celana jeans-ku juga cukup kuturunkan sedengkul, serta pada akhirnya kulepas semua serta kami bikin jadi alas. Dengan cara perlahan-lahan jemari Om Edo masuk dalam lubang vaginaku, ah daguku terangkat tinggi. Ke-2 tempat itu, yakni dada serta vaginaku disentuh Om Edo. Perlahan-lahan jemari Om Edo keluar-masuk di lubang vaginaku, awalannya saya tidak kuat meredam enaknya sampai saya tegang serta meredam nafas. Saya melayang-layang jauh serta tidak mampu bergerak, yang dapat cuma pasrah menikmatinya.

Sekejap kurasakan rangsangan yang kuat, serta kukeluarkan desahan yang tidak mampu kutahan. Nampaknya Om Edo pahami. Tanpa ada kusadari bajuku jadi alas serta Om Edo perlahan-lahan memeluk badanku dari depan. Dengan rasa pasrah serta sarat dengan kesenangan, kudekap badan Om Edo. Perlahan-lahan kurasakan ada suatu hal yang keras serta mencolok di dekat bawah perutku, lalu perlahan-lahan masuk dalam vaginaku, daguku terangkat serta suaraku tidak mampu kutahan. Desahan untuk desahan suaraku yang tegang juga mengeras, hingga kemudian kami merasai pucuk dari semuanya. Pada akhirnya dari sana kami pergi ke arah tempat Om Edo di wilayah sana. Sebab kami belum senang, kami juga melakukan kembali lagi dalam tempat Om Edo.

Sesudah semua berlangsung, satu waktu Om Edo ajakku menikah. Maklumlah, ia ditinggal istri-istrinya (istri lalu) yang telah tanpa, serta ia tidak mempunyai anak. Ia menjelaskan perlu saya, tapi kutolak, serta saya janji masih menolong suatu hal yang kurang kepadanya, maaf jawabku, begitupun dengan Om Edo, ia mengatakan sama. Dari mulai situ saya menyenangi Om-Om, sebab mereka mempunyai langkah memikir serta emosi yang telah masak. Sempat satu waktu kukatakan pada Om Edo jika saya sempat hamil, serta untunglah tidak ada, lalu kuungkapkan saya tidak ingin hamil di umur ini. Lalu Om Edo mengenalkanku dengan alat-alt KB, lalu kucoba serta rupanya saya pilih spiral, sebab semakin aman. Lalu kutawarkan Rina untuk menggunakannya, serta ia menyepakatinya. Pada akhirnya waktu kami tiba bulan, Om Edo ajakku serta Rina ke dokter kenalannya, lalu kami terpasangkan spiral.

Pada akhirnya kami berasa tenang dalam tiap terkait. Tidak ada rasa kuatir, yang ada cuma kenikmatan. Tiap semburan dari penis bisa kami rasakan serta nikmati di permainan. Saya melakukan tidak cuma dengan Om Edo, tapi dengan Om yang lain, tetapi cuma Om Edo yang paling baik. Satu hari Om Edo ulang tahun, saya bingung harus memberikan hadiah apa, ia benar-benar baik.

Sesampainya di tempat tinggalnya kami, (saya serta Rina) cuma merayakannya bertiga, ia, saya serta rekan baikku Rina. Pada akhirnya kami jalanan. Serta pada akhirnya sampai kami kembali pada tempat tinggalnya, saya bingung sebab tidak ada hadiah. Terbersit saya ada inspirasi, tentulah kami senang.

Lalu saya menanyakan pada Rina, "Kamu ingin tidak ama Om Edo..?"

Rina menjawab, "Terserah kamu, bisa saja..!"

Lalu saya ajak Rina serta Om Edo ke kamar, disana saya memancing Om Edo. Pada akhirnya ia terpancing, serta kami bermain bertiga. Sebab hebatnya Om Edo, nafsu kami (saya serta Rina) jadi tinggi. Ia mencumbu kami dengan cara bergiliran. Sebab saya serta Rina tidak kuat meredam nafsu, bila ada peluang, punya Om Edo kami nikmati, dan sebagainya kami bermain sampai pucuk.

Nampaknya Om Edo benar-benar mengucapkan terima kasih pada kami, khususnya kepadaku. Segala hal yang kami khayalkan tetap dibuat fakta oleh Om Edo. Waktu saya di kelas akhir sekolahku, saya serta Rina seringkali berubah-ubah pacar (cowok), tapi tidak semua bisa merasai badan kami, sebab kami tidak memberikannya asal-asalan. Kebetulan saya serta Rina ialah rekan sekelas, ya jadi kami seringkali berjumpa. Waktu itu kebetulan saya serta Rina mempunyai pacar yang sekelas, ya kami jadi seringkali berjalan bersama-sama. Jalinan kami tidak ada batas lagi, kami seringkali bergabung di dalam rumah kami dengan cara berganti-gantian. Tentunya hubungan jalinan kami benar-benar dalam, sampai ke pada tubuh kami.

Jalinan kami bukan hanya di luar sekolah, di sekolah juga jalinan kami dengan pasangan kami benar-benar aktif. Tiap situasi yang sangat mungkin, apabila keinginan kami ada, kami juga melakukan. Maklum, bajuku memungkinkan, sekejap kuangkat rokku tinggi, kulepas sedikit CD-ku, karena itu punya pasangan kami bisa masuk dengan bebas, tentunya dengan style spesifik. Kadang di kelas, di WC sekolah, atau tempat yang lain yang aman, kami terus melakukan. Pasti kami harus bergiliran berjaga-jaga, agar masih aman. Tapi saya serta Rina masih terkait dengan rekan pria kami yang dahulu, terasanya diri kami rakus.

Pada akhirnya kami lulus dengan nilai yang lumayan baik, serta kami membuat perpisahan sekolah. Saya, Rina serta kekasih kami pergi perpisahan bersama-sama, kami berpasangan, serta tentunya disana kami cari peluang untuk mencurahkan birahi kami. Tapi rasa-rasanya perpisahan tidak cuma untuk teman-teman sekolah, dan juga kami (saya serta Rina) putuskan untuk kekasih sekelas kami. Awalannya mereka tidak terima serta menampik, tapi pada akhirnya mereka tidak bisa menampik, sebab ketetapan kami bundar, serta kami terangkan jika kami masih dapat dekat selanjutnya.

Berlibur panjang juga kami rasakan, nampaknya Aris serta Heri dekat lagi pada kami, serta kami berjalan bersama-sama. Saya serta Rina dibawa liburan bersama-sama mereka, serta kami juga bersenang-senang bersama-sama. Selesai liburan dengan mereka, Om Edo juga memberikan hadiah kepadaku serta Rina liburan ke Bali, serta kami merasai keceriaan bersama-sama. Pada akhirnya kami kuliah, serta tempat kuliah kami di tepian kota Jakarta. Disana kami dibelikan rumah oleh Om Edo untuk rumah kami untuk kuliah. Kami memberi fakta ke keluarga jika tempat itu ialah tempat yang murah serta baik untuk kami. Pada akhirnya saya serta Rina tinggal disana, serta kami terkait dekat dengan Aris serta Heri, tapi mereka tidak ketahui jika kami terkait dengan Om Edo yang kami sebutkan pemilik kost.

Awal kuliah kami masih berubah-ubah pacar serta kawan. Mereka seringkali bermalam, begitupun saya serta Rina. Pada akhirnya, diakhir semester, saya serta Rina mulai serius dengan Aris serta Heri. Seringkali Om Edo, Aris serta Heri berganti-gantian menginap, tapi Aris serta Heri tidak mengetaui jalinan ini, terkecuali Om Edo. Pada akhirnya kami lulus kuliah, serta kami mulai kurangi kesibukan jalinan intim kami pada Om Edo, serta ia pahami ketetapan ini. Hingga kemudian kami (Om Edo, saya serta Rina) bisa jodoh, sampai pada waktunya Aris serta Heri mempunyai kami, pada akhirnya janur kuning menyelimutinya salah satunya jemari kami.

Saya, Rina, Aris serta Heri terus terkait s/d jalinan yang tidak pernah terlepas. Kami seringkali ke luar kota bersama-sama, disana kami berpasangan. Kadang kami jemu terkait dengan suami, tapi kami masih berpasangan, pasanganku ialah suami Rina serta suamiku berpasangan dengan Rina. Kami melakukan untuk mendapatkan hasrat serta memperkuat jalinan kami. Kami terus nikmati ini sampai di atas rajang, serta tanpa rasa cemburu dan iri, kami terus share. Mereka bangga mempunyai kami, sering tiap bersama-sama, badanku serta Rina ditelanjangi serta terus di nikmati suami kami dengan cara berganti-gantian. Kadang saya serta Rina dan Om Edo masih terkait jauh, kadang satu bulan sekali atau bisa lebih kami melakukan tanpa ada diketahui pasangan kami.